Cabang olahraga panahan
Olahraga
panahan sudah lama dikenal di Indonesia, olahraga ini membutuhkan
sentuhan jiwa yang halus, kesabaran, keuletan, konsentrasi dan ketahanan
mental yang tinggi serta memiliki tingkat kecemasan yang tinggi.
Sehingga unsur-unsur seperti postur tubuh, teknik dasar, mekanisme
gerak, mentalitas dan kondisi fisik sebagai sebuah kesatuan yang harus
dimiliki oleh seorang pemanah. Seperti sebuah seni, olahraga panahan
sangat kompleks tidak seperti yang kita lihat yaitu menarik, dan
melepaskan panah.
Dilihat dari
karakteristiknya olahraga panahan adalah melepaskan panah melalui
lintasan tertentu menuju sasaran pada jarak tertentu. Apabila
diperbandingkan dengan olahraga yang memerlukan gerak statis atau suatu
keterampilan tertutup lainnya seperti cabang olahraga menembak,
perbedaan panahan dengan menembak terletak pada jenis kekuatan
dorongannya.
Pada menembak
kekuatan dorongan diperoleh dari ledakan alat itu sendiri, sedangkan
pada panahan kekuatan dorongan sangat tergantung pada energi atau tenaga
yang timbul karena tarikan atau rentangan pemanah terhadap busur,
dimana energi yang diperoleh dari rentangan diubah menjadi daya dorong
pada waktu panah dilepaskan. Oleh karena itu penggunaan alat tersebut
memerlukan kekuatan dan daya tahan otot-otot tertentu terutama untuk
menarik busur.
Dalam olahraga
panahan atau olahraga lainnya, atlet sangat dituntut untuk menampilkan
penampilan terbaiknya. Nampaknya ini bukanlah sesuatu yang mudah bagi
atlet yang tidak terlatih, bahkan atlet terlatih pun seringkali
mengalami kesulitan.
Olahraga Pilihan
Olahraga
panahan dikatakan sebagai suatu kegiatan menggunakan busur panah untuk
menembakkan anak panah. Olahraga panahan dilihat dari segi biomekanik
terdapat pada klasifikasi keterampilan yaitu melontarkan objek untuk
mencapai ketepatan maksimum. Kemudian, ditinjau dari segi belajar
motorik (motor learning) panahan merupakan bagian dari keterampilan
tertutup yaitu suatu keterampilan yang stimulusnya tidak dapat berubah.
Setiap
individu menginginkan sebuah hasil dari suatu proses latihan yang
panjang. Hal ini digambarkan sebagai tolak ukur dalam menilai
keterampilan atau kemampuan individu tersebut. Dalam olahraga, hasil
atau tujuan yang dicapai disebut prestasi. Menurut Poerwadarminta,
prestasi dikatakan sebagai hasil yang telah dicapai atau dilakukan
dikerjakan dan sebagainya.
Dalam
cabang olahraga panahan selain membutuhkan kondisi fisik yang prima
seorang pemanah harus pula menguasai teknik dasar memanah yang baik dan
benar agar dapat mencapai prestasi optimal. Seorang pemanah dikatakan
memiliki kondisi fisik yang prima, jika ia memiliki daya tahan serta
kekuatan otot yang dipergunakan langsung dalam memanah. Berikut ini
disajikan sembilan langkah teknik dasar untuk pemanah pemula, yaitu:
1. Sikap Berdiri (stand)
Sikap
berdiri (stand), menurut Damiri, “Sikap/posisi kaki pada lantai atau
tanah. Sikap berdiri yang baik ditandai oleh: (1) titik berat badan
ditumpu oleh kedua kaki/tungkai secara seimbang, (2) tubuh tegak, tidak
condong ke depan atau ke belakang, ke samping kanan ataupun ke samping
kiri.” Terdapat empat macam sikap kaki dalam panahan, yaitu open stand,
square stand, close stand, dan oblique stand, yang kebanyakan dipakai
oleh pemanah pemula adalah sikap square stand atau sikap sejajar.
2. Memasang Ekor Panah (nocking)
Memasang
ekor anak panah (nocking), menurut Damiri, “Gerakan menempatkan atau
memasukkan ekor panah ke tempat anak panah (nocking point) pada tali dan
menempatkan gandar (shaft) pada sandaran anak panah (arrow rest).
Kemudian diikuti dengan menempatkan jari-jari penarik pada tali dan siap
menarik tali.” Memasang ekor panah dalam olahraga panahan bisa menjadi
fatal apabila salah penempatan baik terlalu atas ataupun terlalu bawah,
maka perlu untuk memperhatikan kembali apakah anak panah yang dipasang
sudah lurus tersandar di busur ataukah belum.
3. Mengangkat Lengan Busur (extend)
Mengangkat
lengan busur (extend), menurut Damiri, “Gerakan mengangkat lengan
penahan busur (bow arm) setinggi bahu dan tangan penarik tali siap untuk
menarik tali.” Hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu lengan penahan
busur rileks, tali ditarik oleh tiga jari yaitu jari telunjuk, jari
tengah dan jari manis.Tali ditempatkan atau lebih tepatnya diletakkan
pada ruas-ruas jari pertama, dan tekanan busur terhadap telapak tangan
penahan busur ditengah-tengah titik V, yang dibentuk oleh ibu jari dan
jari telunjuk (lengan penahan busur),
4. Menarik Tali Busur (drawing)
Menarik
tali busur (drawing), menurut Damiri, “Gerakan menarik tali sampai
menyentuh dagu, bibir dan atau hidung. Kemudian dilanjutkan dengan
menjangkarkan tangan penarik tali di dagu.” Ada tiga fase gerakan
menarik, yaitu pre-draw, primary draw dan secondary draw. Pre-draw
adalah gerakan tarikan awal. Pada saat ini sendi bahu, sendi siku dan
sendi pergelangan tangan telah dikunci. Primary-draw atau tarikan utama
adalah gerakan tarikan dari posisi pre-draw sampai tali menyentuh atau
menempel dan sedikit menekan atau mengetat pada bagian dagu, bibir dan
hidung dan berakhir pada posisi penjangkaran. Secondary-draw atau
tarikan kedua adalah gerakan menahan tarikan pada posisi penjangkaran
sampai melepas tali (release).
Didalam
buku penataran pelatih program pembinaan cabang olahraga panahan
tingkat SD dan SLTP yang dipergunakan untuk menarik adalah: jari,
punggung telapak (wirst), dan lengan bawah. Ketiga bagian ini pada
posisi lurus kemudian lengan atas selanjutnya bahu dan otot belakang.
Kebanyakan pemanah-pemanah pemula hanya menggunakan jari-jari saja,
kebanyakan mereka tidak menggunakan otot-otot yang seharusnya
dipergunakan
5. Menjangkarkan Lengan Penarik (anchoring)
Menjangkarkan
lengan penarik (anchoring), menurut Damiri, “Gerakan menjangkarkan
tangan penarik pada bagian dagu.” Hal yang harus diperhatikan, yaitu
tempat penjangkaran tangan penarik tali harus tetap sama dan kokoh
menempel di bawah dagu, dan harus memungkinkan terlihatnya bayangan tali
pada busur (string alignment). Ada dua jenis penjangkaran, yaitu
penjangkaran di tengah dan penjangkaran di samping. Pada penjangkaran di
tengah, tali menyentuh pada bagian tengah dagu, bibir dan hidung serta
tangan penarik menempel di bawah dagu. Pada penjangkaran di samping,
tali menyentuh pada bagian samping dagu, bibir dan hidung, serta tangan
penarik menempel di bawah dagu.
6. Menahan Sikap Panahan (tighten)
Menahan
sikap panahan (tighten), menurut Damiri, adalah: Suatu keadaan menahan
sikap panahan beberapa saat, setelah penjangkaran dan sebelum anak panah
dilepas. Pada saat ini otot-otot lengan penahan busur dan lengan
penarik tali harus berkontraksi agar sikap panahan tidak berubah.
Bersamaan dengan itu pemanah melakukan pembidikan. Jadi pada saat
membidik, sikap pemanah harus tetap dipertahankan.
7. Membidik (Aiming)
Membidik
(aiming), menurut Damiri: “Gerakan mengarahkan atau menempelkan titik
alat pembidik (visir) pada tengah sasaran/titik sasaran.” Pada posisi
membidik, posisi badan dari pemanah diharapkan tidak berubah, kemudian
pemanah tidak hanya fokus kepada sasaran tetapi diutamakan pada teknik,
dengan kondisi badan yang relaks fokus akan lebih baik.
8. Melepas Tali/Panah (release)
Melepas
tali/panah (release), menurut Damiri: “Gerakan melepas tali busur,
dengan cara merilekskan jari-jari penarik tali.” Ada dua cara melepaskan
anak panah, yaitu dead release dan active release. Pada dead release
setelah tali lepas, tangan penarik tali tetap menempel pada dagu seperti
sebelum tali lepas. Pada active release, setelah tali lepas tangan
penarik tali bergerak ke belakang menelusuri dagu dan leher pemanah.
Pelepasan
anak panah yang baik diperlukan untuk memberikan kekuatan penuh dari
tali terhadap panah dalam setiap melepaskan panah yang diinginkan dan
untuk mencegah getaran tali yang tidak diperlukan, yang akan menyebabkan
panah berputar. Kesalahan sedikit apapun pada saat melepaskan anak
panah, mengakibatkan dampak yang sangat besar terhadap sasaran.
9. Menahan Sikap Panahan (after hold)
Menahan
sikap panahan (after hold), menurut Damiri, “Suatu tindakan untuk
mempertahankan sikap panahan sesaat (beberapa detik) setelah anak panah
meninggalkan busur. Tindakan ini dimaksudkan untuk memudahkan
pengontrolan gerak panahan yang dilakukan.”
Di
dalam buku penataran pelatih program pembinaan cabang olahraga panahan
tingkat SD dan SLTP after hold adalah Tangan busur tetap terentang pada
posisi semula lurus kearah sasaran dan tetap ditahan hingga dua detik
setelah panah menyentuh permukaan sasaran
Perlu
diketahui bahwa otot-otot lengan yang bekerja dalam olahraga panahan
terdiri dari tiga bagian yaitu otot lengan bagian atas, otot lengan
bagian bawah dan otot–otot tangan. Sedangkan otot-otot yang bekerja
dominan adalah otot lengan seperti otot tricep brachii,deltoids dan otot
bicep brachii. Otot-otot yang disebutkan, diperkuat oleh Hardianto
Wibowo di dalam bukunya seperti dijelaskan sebagai berikut :
A. Otot lengan bagian atas
1. otot-otot ventralis disebut otot bagian atas (fleksi)
2. otot-otot dorsalis atau kedang (ekstensi)
- m. deltoids
- m. bicep brachii
- m. tricep brachii
B. Otot lengan bagian bawah
- Otot-otot ventralis
- Otot-otot radialis
- Otot-otot Dorsalis
C. Otot tangan
1. Otot-otot tenar/ ibu jari/ bagian Lateral
- M. abduktor pollisis bervis
- M. opponeus pollisis
- M. flexor pollisis
- M. abduktor pillisis
2. Otot-otot hipotenar/ kelingking/ bagian medial
- m. palmoris brevis
- m. abductor digiti quinti
- m. flexor digiti quinti
- m. opponeus digiti quinti
3. Otot-otot bagaian dalam lengan/ bagian tengah
- m. lumbrikales
- m. interossesi dorsalis
- m. interossesi volaris
C. ANALISIS BIOMEKANIK TEKNIK RELEASE DALAM PANAHAN
1. Poros Gerak Dalam Panahan
Teknik
memanah yang benar terkait erat dengan segi anatomi dan mekanika gerak.
Dengan mekanika gerak, akan memungkinkan terciptanya keajegan
(consistency) yang baik.
Mekanika
gerak yang terkait dalam olahraga panahan adalah dua poros (axis)
gerak. Dua poros gerak tersebut adalah: poros I dan poros II. Poros I
(satu) adalah sikap bahu dan sikap lengan penahan busur (bow hand) satu
garis lurus. Sedangkan poros II (dua) adalah sikap bahu dan sikap lengan
penahan busur (draw hand) satu garis lurus.
2. Hukum Newton
Hukum
Newton I sebagaimana dirumuskan oleh Sir Isaac Newton (1642-1772)
adalah: “Sebuah benda terus dalam keadaan diam atau terus bergerak
dengan kelajuan tetap, kecuali jika ada gaya luar yang memaksa benda
tersebut mengubah keadaan.” Hukum I Newton juga menggambarkan sifat
benda yang selalu mempertahankan keadaan diam atau keadaan bergeraknya
yang dinamakan inersia atau kelembaman. Oleh karena itu, Hukum I Newton
dikenal juga dengan sebutan Hukum Kelembaman. Hukum ini mulai diterapkan
dari mulai menarik busur, terutama dari sikap set up. Pemanah tidak
bisa hanya menggunakan otot bagian belakang saja dalam menarik, tetapi
harus menggunakan lengan atas dan tangan penarik dengan baik.
Bagaimanapun juga, jika pemanah secara kontinu menarik, berarti melepas
posisi holding, dimana kita butuh transfer ketegangan yang memungkinkan
dari lengan atas dan tangan penarik ke otot bagian belakang. Oleh karena
itu, jika holding tidak tercapai, tidak ada transfer ketegangan yang
bisa terjadi. Selama fase transfer, otot punggung secara kontinu
menggerakkan scapula kearah tulang belakang, ketika ketegangan dari
lengan atas dan tangan penarik telah ditransfer. Hukum inertia hanya
diterapkan dari posisi holding. Scapulae bergerak mendekat tulang
belakang yang menyebabkan dada membuka dan tidak berlebihan, ini penting
supaya anak panah terjadi klik.
Hukum
Newton II berbunyi: “Benda akan mengalami percepatan jika ada gaya yang
bekerja pada benda tersebut dimana gaya ini sebanding dengan suatu
konstanta (massa) dan percepatan benda”. Maksudnya, makin besar
percepatan makin besar pula kekuatannya, makin kecil percepatan makin
kecil pula kekuatannya. Hukum ini akan menerapkan momentum dari memulai
gerakan menarik. Dengan demikian lebih baik menarik yang cepat dan dalam
garis lurus kira-kira 2-3 inchi di bawah dagu.
Hukum
Newton III berbunyi: “Dua benda yang berinteraksi akan timbul gaya pada
masing-masing benda yang arahnya berlawanan arah dan besarnya sama”.
Dalam hukum ini dijelaskan mengenai aksi dan reaksi. Dimana pada saat
proses release, aksi yang diberikan ialah pada saat otot-otot scapula
bekerja menarik tali kebelakang yang menghasilkan suatu reaksi yang
disebut proses klicking, sehingga membuat anak panah terlepas dari
busur.
3. Prinsip Gaya Horizontal dan Vertikal
Dalam
proses release, juga menuntut adanya keseimbangan statis yang harus
dipertahankan selama menembak. Keseimbangan yang baik dan sesuai dengan
biomekanik, dapat membuat pemanah melakukan teknik yang baik dan membuat
sedikit upaya dari otot yang terlibat dalam gerakan tersebut. Posisi
tubuh yang tepat akan menghasilkan sedikit keteganang pada tubuh,
sehingga sikap holding dan aiming dapat dicapai dalam proses release.
Pendistribusian berat badan merupakan komponen yang sangat penting pada
pendistribusian gaya vertikal dan horizontal.
Hubungan
langsung dan secara proporsional antara gaya vertikal dan horizontal
dalam panahan tidak dapat ditunjukkan dengan menggunakan gaya yang
tepat. Bagaimanapun juga, dengan postur yang benar dan seimbang, kita
bisa lebih kuat mengembangkan gaya yang lebih bermanfaat, sehingga bisa
mencapai stabilitas yang lebih baik.
4. Force
Force/gaya
yang di gunakan dalam proses release adalah gaya internal (tekan) /
internal forces terutama saat scapulae dan sikut pada lengan kanan
menarik kebelakang.
Vector/arah
gaya terjadi pada saat gerakan sikut lengan kanan melakukan gerakan
kebelakang baik pada saat menarik tali busur sampai melepaskan anak
panah.
External Forces/tenaga
dari luar, Dari awalan sampai proses release, Di luar tubuh, Hambatan
udara dan gravitasi juga berpengaruh pada saat melakukan gerakan.
https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5189075911619670338#editor/target=post;postID=8407463359896709435
Tidak ada komentar:
Posting Komentar